Langkah pertama di Mekah Al Mukaromah
Alhamdulilah, subhanallah itulah kalimat pertama
yang terucap dari bibir ini ketika dari kejauhan terlihat Masjidil Haram yang
megah. Bertahun-tahun bersabar untuk hadir di tanah suci, alhamdulilah atas
kehendak Allah bisa menginjakkan kaki di tanah kelahiran kekasih Allah dan
jungjungan alam nabi Muhammad SAW. Sudah tak sabar ingin segera memasuki
Masjidil Haram, dipercepat langkah kaki ini.
Memandang ke sebelah kanan atas untuk melihat jam raksasa
menempel kokoh diatas bangunan hotel. Mungkin ini zam-zam hotel yang sering
orang bicarakan. dan ternyata memang benar. Malam pukul 20.00 kami berangkat
untuk melanjutkan rangkaian ibadah umroh setelah terlebih dahulu tadi siang
miqot di masjid Bir Ali. Saya pandangi wajah istri yang berjalan
disampingku, memancarkan wajah bahagia.
Sungguh ini adalah momen terindah selama kebersamaan kami dalam berumahtangga.
Masih teringat jelas bagaimana ngototnya istri
tercinta untuk pergi ke tanah suci. Saking seriusnya, ia sudah siap dengan
biaya sendiri tanpa merepotkan saya sebagai suaminya. Sementara saya merasa
belum saatnya kita berangkat mengingat masih banyak urusan yang belum tuntas di
tanah air. Berulang kali istri meyakinkan bahwa jika tidak saat ini kapan lagi?
Umur tidak ada yang tahu. Mumpung masih aman diperjalanannya dan cukup
ongkosnya, mengapa tidak saat ini saja kita berangkat ke tanah suci.
Bukannya tidak berminat untuk pergi ke tanah suci.
Bahkan saya sangat rindu untuk hadir di depan ka’bah. Hmmm….. membayangkan
momen romantis saat saya dan istri tawaf bersama, lalu menjaga istri saat
mencium hajar aswad, selanjutnya membimbingnya ke multazam dan Hijir Ismail.
Selanjutnya sa’i bersama dan kita berlari-lari kecil di pilar hijau. Setelah
itu bergantian kita memotong dan menggunting rambut untuk tahalul dan
menyempurnakan ibadah umroh kita. Kita berdo’a bersama untuk keberkahan rumah
tangga dan memohon dijadikan keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah.
Semakin dekat Masjidil haram, semakin terlihat
kemegahannya dan jantung ini semakin berdegup kencang. Haru dan bahagia
bercampur jadi satu. Akhirnya impian selama hidup untuk mendatangi dan salat di
Masjidil Haram sebentar lagi terwujud. Atas izin-Mu ya Allah hambaMu yang lemah
ini dapat menginjakkan kaki di tanah suci ini Makah al Mukaromah.
Mulai basah mata ini dengan air mata yang berusaha
saya tahan agar tidak jatuh. Saya yakin inilah air mata kebahagiaan dan
keharuan yang akhirnya jatuh juga membasahi wajah ini. Allahu Akbar, betapa Kau
sayang pada hamba-Mu yang bergelimang dosa ini. Engkau pilih hamba-Mu ini untuk
hadir di tempat yang suci ini. Saya usap dengan jari, air mata yang terus
mengalir di wajah ini. Sekuat tenaga berusaha terus ditahan dengan mengalihkan
pandangan ke ruko-ruko di kiri kanan jalan menuju halaman Masjidil Haram.
Aneka macam rasa dalam dada ini ketika mulai
menginjakkan kaki ke halaman Masjidil Haram. Allahu Akbar…! lantang lidah ini
menyebut Mu ya Allah melihat agung dan megahnya Masjid ini. Lalu lalang manusia
yang entah berapa jumlahnya yang jelas sangat banyak hingga saya harus
melangkah perlahan agar tidak bertabrakan dengan mereka.
(to
be continued)
0 Response to "Langkah pertama di Mekah Al Mukaromah"
Post a Comment